Dari banyak dalih yang pernah diungkapkan orang sebagai latar belakang jalan perceraian yang akhirnya dipilih (ingat email Dewi Lestari), baru saja aku menemukan satu 'penjelasan' yang menurutku paling arif, paling dapat aku terima.
Begini katanya :
"Pernikahan itu bagi saya adalah ladang ibadah. Kalau itu tidak bisa tercapai, ya harus dilepas dengan cara yang makruh,"
Iya,ya, daripada dipaksain malah jadi ladang dosa.
Yang mengatakan kalimat diatas adalah artis, almarhumah Erna Libby, yang baru saja berpulang ke rahmatullah kemarin, 19 Agustus 2008.
Menyimpang dari topik, aku selalu merasakan kekaguman tersendiri, pada orang-orang dengan masa lalu yang sangat tidak islami, tapi kemudian meninggal dalam keadaan yang -menurut pendapat manusia- khusnul khotimah.
Rabu, 20 Agustus 2008
Selasa, 19 Agustus 2008
Hasil Blog-wandering 1 - Blog dokter muda
Setelah hobi jalan-jalan, tamasya, kemping di dunia nyata sudah tak menemukan kesempatannya lagi, maka jadilah jalan-jalan di dunia maya. Asik juga ternyata. Serasa masuk ke bilik-bilik rahasia umum dari seseorang.
Sayangnya, kemaren-kemaren belum kepikiran menuliskan tentang apa yang telah sempat aku intip selama itu. Akibatnya, beberapa blog yang menarik, tak bisa kukunjungi ulang, karena lupa alamatnya.
Maka, catatan perjalanan di dunia maya ini kumulai dari blognya seorang dokter muda, dr.Arifianto. Tulisannya yang mengupas tentang dunia kedokteran dari dalam, dengan berusaha jujur, sangat menarik. Tentang 'dokter nakal', tentang kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan dunia kesehatan, lugas. Juga ulasannya tentang beberapa penyakit dan pengobatannya, sangat 'patient-minded'. Dalam waktu kurang dari 1 minggu, semua tulisan di blognya sudah kulalap habis.. (jadi ketauan de,... browsing teruuusss).
Tulisannya termasuk tidak banyak sih, kadang 1 bulan cuma ada 1 tulisan, tapi berbobot. Sayang,terakhir nulis bulan Mei 2008 lalu, sampai sekarang tidak ada postingan terbaru.
Dokter Apin, kutunggu tulisanmu yang lain.
Sayangnya, kemaren-kemaren belum kepikiran menuliskan tentang apa yang telah sempat aku intip selama itu. Akibatnya, beberapa blog yang menarik, tak bisa kukunjungi ulang, karena lupa alamatnya.
Maka, catatan perjalanan di dunia maya ini kumulai dari blognya seorang dokter muda, dr.Arifianto. Tulisannya yang mengupas tentang dunia kedokteran dari dalam, dengan berusaha jujur, sangat menarik. Tentang 'dokter nakal', tentang kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan dunia kesehatan, lugas. Juga ulasannya tentang beberapa penyakit dan pengobatannya, sangat 'patient-minded'. Dalam waktu kurang dari 1 minggu, semua tulisan di blognya sudah kulalap habis.. (jadi ketauan de,... browsing teruuusss).
Tulisannya termasuk tidak banyak sih, kadang 1 bulan cuma ada 1 tulisan, tapi berbobot. Sayang,terakhir nulis bulan Mei 2008 lalu, sampai sekarang tidak ada postingan terbaru.
Dokter Apin, kutunggu tulisanmu yang lain.
Rabu, 13 Agustus 2008
Bambang
Entah kenapa, tiba-tiba jadi mikir nama Bambang. Nama ini sangat Indonesia, atau mungkin sangat 'nJawani'. Pernah ketemu orang bukan Jawa yang bernama Bambang? Sebenarnya ada sih, beliau termasuk jajaran Direksi ditempat saya bekerja. Dan beliau ini masih berdarah keturunan Cina yang lahir dan besar di Bandung. Entah kenapa juga orang tuanya memilih nama Bambang untuk beliau.
Beda dengan nama 'pasaran' khas Jawa yang lain, seperti 'Joko' yang artinya jejaka, lelaki lajang, atau 'Slamet' yang artinya selamat, nama 'Bambang' tidak langsung bisa ditebak akar kata dan artinya. Mungkin, si Bambang sendiri belum tentu tahu arti namanya. Coba deh, nanti tanya ke ahli bahasa Jawa, jadi penasaran apa artinya.
Di film 'Mendadak Romantis', Tora memerankan orang Jogja udik yang 'njawani' banget, bernama mBambang. Pilihan yang berbeda, setelah kebanyakan nama Jawa yang diusung ke layar lebar atau kaca biasanya seputar Paijo, Karjo, Tarjo, dan lain-lain yang berakhiran 'o'.
Jadi mencoba mengingat, berapa 'Bambang' yang pernah kukenal.
Pastinya, di tempat kerjaku ada 2 Bambang. Satu, yang kusebut pertama tadi, Direktur, dan satu lagi sopirnya Big Boss.
Nama sama, nasib beda.
Beda dengan nama 'pasaran' khas Jawa yang lain, seperti 'Joko' yang artinya jejaka, lelaki lajang, atau 'Slamet' yang artinya selamat, nama 'Bambang' tidak langsung bisa ditebak akar kata dan artinya. Mungkin, si Bambang sendiri belum tentu tahu arti namanya. Coba deh, nanti tanya ke ahli bahasa Jawa, jadi penasaran apa artinya.
Di film 'Mendadak Romantis', Tora memerankan orang Jogja udik yang 'njawani' banget, bernama mBambang. Pilihan yang berbeda, setelah kebanyakan nama Jawa yang diusung ke layar lebar atau kaca biasanya seputar Paijo, Karjo, Tarjo, dan lain-lain yang berakhiran 'o'.
Jadi mencoba mengingat, berapa 'Bambang' yang pernah kukenal.
Pastinya, di tempat kerjaku ada 2 Bambang. Satu, yang kusebut pertama tadi, Direktur, dan satu lagi sopirnya Big Boss.
Nama sama, nasib beda.
Jumat, 08 Agustus 2008
Rambut yang paling indah
Suatu hari, sambil menjalin rambutnya yang sudah mulai panjang, gadis kecilku bertanya,
"Bu, bagus mana, rambut keriting atau rambut lurus?"
Kubantu menjalin rambutnya,dan kujawab
"Rambut yang paling bagus, adalah apa yang sudah Tuhan pilihkan untukmu"
Aku hanya berharap, anakku tumbuh dengan rasa cinta pada apa yang ada di dirinya, pada apa yang telah Tuhan pilihkan untuknya.
"Bu, bagus mana, rambut keriting atau rambut lurus?"
Kubantu menjalin rambutnya,dan kujawab
"Rambut yang paling bagus, adalah apa yang sudah Tuhan pilihkan untukmu"
Aku hanya berharap, anakku tumbuh dengan rasa cinta pada apa yang ada di dirinya, pada apa yang telah Tuhan pilihkan untuknya.
Rabu, 06 Agustus 2008
Peras keringat sampai tua
Beberapa hari lalu, aku berpapasan dengan seorang bapak tua penjual jajanan anak-anak. Sudah tua, hampir renta, dan masih memeras keringat untuk berusaha mengais rejeki halal.
Apa yang bisa aku lakukan untuk Bapak itu?
Mungkin ia memang ingin tetap berguna meski telah renta. Tapi, aku yakin, itu bukan satu-satunya alasan ia tetap bekerja. Ia pasti juga bekerja untuk bertahan hidup. Aku kagum, dan sekaligus prihatin, mengingat betapa banyak pemuda sehat yang lebih memilih penjadi pengemis, meski itupun lebih baik daripada mencopet.
Aku juga merasa iba.
Apa ya, yang bisa kulakukan untuk Bapak itu, tanpa melukai harga dirinya?
Apa ya Man?
Apa yang bisa aku lakukan untuk Bapak itu?
Mungkin ia memang ingin tetap berguna meski telah renta. Tapi, aku yakin, itu bukan satu-satunya alasan ia tetap bekerja. Ia pasti juga bekerja untuk bertahan hidup. Aku kagum, dan sekaligus prihatin, mengingat betapa banyak pemuda sehat yang lebih memilih penjadi pengemis, meski itupun lebih baik daripada mencopet.
Aku juga merasa iba.
Apa ya, yang bisa kulakukan untuk Bapak itu, tanpa melukai harga dirinya?
Apa ya Man?
Selasa, 05 Agustus 2008
5 Pelajaran Penting
Lagi-lagi sebuah email dari seorang teman;
1. Pelajaran Penting ke-1
Pada bulan ke-2 diawal kuliah saya, seorang Profesor memberikan quiz
mendadak pada kami. Karena kebetulan cukup menyimak semua
kuliah-kuliahnya, saya cukup cepat menyelesaikan soal-soal quiz, sampai
pada soal yang terakhir.
Isi Soal terakhir ini adalah : Siapa nama depan wanita yang menjadi
petugas
pembersih sekolah ?.
Saya yakin soal ini cuma "bercanda". Saya sering
melihat perempuan ini. Tinggi,berambut gelap dan berusia sekitar 50-an,
tapi bagaimana saya tahu nama depannya... ? Saya kumpulkan saja kertas
ujian saya, tentu saja dengan jawaban soal terakhir kosong.
Sebelum kelas usai, seorang rekan bertanya pada Profesor itu, mengenai
soal
terakhir akan "dihitung" atau tidak.
"Tentu Saja Dihitung !!" kata si Profesor. "Pada perjalanan karirmu, kamu
akan ketemu banyak orang. Semuanya penting!.
Semua harus kamu perhatikan dan pelihara, walaupun itu cuma dengan
sepotong
senyuman,atau sekilas "hallo"! Saya selalu ingat pelajaran itu.
Saya kemudian tahu, bahwa nama depan ibu pembersih sekolah adalah
"Dorothy".
2. Pelajaran Penting ke-2 Penumpang yang Kehujanan
Malam itu, pukul setengah dua belas malam. Seorang wanita negro rapi yang
sudah berumur, sedang berdiri di tepi jalan tol Alabama. Ia nampak
mencoba
bertahan dalam hujan yang sangat deras, yang hampir seperti badai.
Mobilnya
kelihatannya lagi rusak, dan perempuan ini sangat ingin numpang mobil.
Dalam keadaan basah kuyup, ia mencoba menghentikan setiap mobil yang
lewat.
Mobil berikutnya dikendarai oleh seorang pemuda bule, dia berhenti untuk
menolong ibu ini. Kelihatannya si bule ini tidak paham akan konflik etnis
tahun 1960-an, yaitu pada saat itu. Pemuda ini akhirnya membawa si ibu
negro selamat hingga suatu tempat, untuk mendapatkan pertolongan, lalu
mencarikan si ibu ini taksi. Walaupun terlihat sangat tergesa-gesa, si ibu
tadi bertanya tentang alamat si
pemuda itu, menulisnya, lalu mengucapkan terima kasih pada si pemuda.
7 hari berlalu, dan tiba-tiba pintu rumah pemuda bule ini diketuk
Seseorang. Kejutan baginya, karena yang datang ternyata kiriman sebuah
televisi set besar berwarna (1960-an) khusus dikirim kerumahnya. Terselip
surat kecil tertempel di televisi, yang isinya adalah :
"Terima kasih nak, karena membantuku di jalan Tol malam itu. Hujan tidak
hanya membasahi bajuku, tetapi juga jiwaku.Untung saja anda datang dan
menolong saya. Karena pertolongan anda, saya masih sempat untuk hadir
disisi suamiku yang sedang sekarat... hingga wafatnya. Tuhan memberkati
anda,karena membantu saya dantidak mementingkan dirimu pada saat itu"
Tertanda
Ny.Nat King Cole.
Catatan :
Nat King Cole, adalah penyanyi negro tenar thn. 60-an di USA
3. Pelajaran penting ke-3
Selalulah perhatikan dan ingat, pada semua yang anda layani. Di zaman
eskrim khusus (ice cream sundae) masih murah, seorang anak laki-laki umur
10-an tahun masuk ke Coffee Shop Hotel, dan duduk di meja. Seorang pelayan
wanita menghampiri, dan memberikan air putih dihadapannya.
Anak ini kemudian bertanya "Berapa ya,... harga satu ice cream sundae?"
katanya. "50 sen..." balas si pelayan. Si anak kemudian mengeluarkan isi
sakunya dan menghitung dan mempelajari koin-koin di kantongnya.... "Wah...
Kalau ice cream yang biasa saja berapa?" katanya lagi. Tetapi kali ini
orang-orang yang duduk di meja-meja lain sudah mulai banyak... dan pelayan
ini mulai tidak sabar. "35 sen" kata si pelayan sambil uring-uringan. Anak
ini mulai menghitungi dan mempelajari lagi koin-koin yang tadi
dikantongnya.
"Bu... saya pesen yang ice cream biasa saja ya..." ujarnya. Sang pelayan
kemudian membawa ice cream tersebut, meletakkan kertas
kuitansi di atas meja dan terus melengos berjalan. Si anak ini kemudian
makan ice-cream, bayar di kasir, dan pergi. Ketika si Pelayan wanita ini
kembali untuk membersihkan meja si anak kecil tadi, dia mulai menangis
terharu. Rapi tersusun disamping piring kecilnya yang kosong, ada 2 buah
koin 10-sen dan 5 buah koin 1-sen.
Anda bisa lihat... anak kecil ini tidak bisa pesan Ice-cream Sundae,
karena
tidak memiliki cukup untuk memberi sang pelayan uang tip yang "layak"
.
4. Pelajaran penting ke-4 - Penghalang di Jalan Kita
Zaman dahulu kala, tersebutlah seorang Raja, yang menempatkan sebuah batu
besar di tengah-tengah jalan. Raja tersebut kemudian bersembunyi, untuk
melihat apakah ada yang mau menyingkirkan batu itu dari jalan.
Beberapa pedagang terkaya yang menjadi rekanan raja tiba ditempat, untuk
berjalan melingkari batu besar tersebut. Banyak juga yang datang, kemudian
memaki-maki sang Raja, karena tidak membersihkan jalan dari
rintangan.Tetapi tidak ada satupun yang mau melancarkan jalan dengan
menyingkirkan batu itu.
Kemudian datanglah seorang petani, yang menggendong banyak sekali sayur
mayur. Ketika semakin dekat, petani ini kemudian meletakkan dahulu
bebannya dan mencoba memindahkan batu itu kepinggir jalan.
Setelah banyak mendorong dan mendorong, akhirnya ia berhasil menyingkirkan
batu besar itu.
Ketika si petani ingin mengangkat kembali
sayurnya,ternyata
ditempat batu tadi ada kantung yang berisi banyak uang emas dan surat
Raja.
Surat yang mengatakan bahwa emas ini hanya untuk orang yang mau
menyingkirkan batu tersebut dari jalan.
Petani ini kemudian belajar, satu
pelajaran yang kita tidak pernah bisa mengerti.
Bahwa pada dalam setiap rintangan,tersembunyi kesempatan yang bisa dipakai
untuk memperbaiki hidup kita.
5. Pelajaran penting ke-5 - Memberi, ketika dibutuhkan
Waktu itu, ketika saya masih seorang sukarelawan yang bekerja di sebuah
rumah sakit, saya berkenalan dengan seorang gadis kecil yang
bernama Liz, seorang penderita satu penyakit serius yang sangat jarang.
Kesempatan sembuh, hanya ada pada adiknya, seorang pria kecil yang berumur
5 tahun, yang secara mujizat sembuh dari penyakit yang sama. Anak ini
memiliki antibodi yang diperlukan untuk melawan penyakit itu.
Dokter kemudian mencoba menerangkan situasi lengkap medikal tersebut ke
anak kecil ini, dan bertanya apakah ia siap memberikan darahnya kepada
kakak perempuannya. Saya melihat si kecil itu ragu-ragu sebentar, sebelum
mengambil nafas panjang dan berkata "Baiklah... Saya akan melakukan hal
tersebut.... asalkan itu bisa menyelamatkan kakakku".
Mengikuti proses
tranfusi darah, si kecil ini berbaring di tempat tidur,disamping kakaknya.
Wajah sang kakak mulai memerah, tetapi Wajah si kecil mulai pucat dan
senyumnya menghilang. Si kecil melihat ke dokter itu, dan bertanya dalam
suara yang bergetar...katanya "Apakah saya akan langsung mati dokter... ?"
Rupanya si kecil sedikit salah pengertian. Ia merasa, bahwa ia harus
menyerahkan semua darahnya untuk menyelamatkan jiwa
kakaknya. Lihatlah...bukankah pengertian dan sikap adalah segalanya....
1. Pelajaran Penting ke-1
Pada bulan ke-2 diawal kuliah saya, seorang Profesor memberikan quiz
mendadak pada kami. Karena kebetulan cukup menyimak semua
kuliah-kuliahnya, saya cukup cepat menyelesaikan soal-soal quiz, sampai
pada soal yang terakhir.
Isi Soal terakhir ini adalah : Siapa nama depan wanita yang menjadi
petugas
pembersih sekolah ?.
Saya yakin soal ini cuma "bercanda". Saya sering
melihat perempuan ini. Tinggi,berambut gelap dan berusia sekitar 50-an,
tapi bagaimana saya tahu nama depannya... ? Saya kumpulkan saja kertas
ujian saya, tentu saja dengan jawaban soal terakhir kosong.
Sebelum kelas usai, seorang rekan bertanya pada Profesor itu, mengenai
soal
terakhir akan "dihitung" atau tidak.
"Tentu Saja Dihitung !!" kata si Profesor. "Pada perjalanan karirmu, kamu
akan ketemu banyak orang. Semuanya penting!.
Semua harus kamu perhatikan dan pelihara, walaupun itu cuma dengan
sepotong
senyuman,atau sekilas "hallo"! Saya selalu ingat pelajaran itu.
Saya kemudian tahu, bahwa nama depan ibu pembersih sekolah adalah
"Dorothy".
2. Pelajaran Penting ke-2 Penumpang yang Kehujanan
Malam itu, pukul setengah dua belas malam. Seorang wanita negro rapi yang
sudah berumur, sedang berdiri di tepi jalan tol Alabama. Ia nampak
mencoba
bertahan dalam hujan yang sangat deras, yang hampir seperti badai.
Mobilnya
kelihatannya lagi rusak, dan perempuan ini sangat ingin numpang mobil.
Dalam keadaan basah kuyup, ia mencoba menghentikan setiap mobil yang
lewat.
Mobil berikutnya dikendarai oleh seorang pemuda bule, dia berhenti untuk
menolong ibu ini. Kelihatannya si bule ini tidak paham akan konflik etnis
tahun 1960-an, yaitu pada saat itu. Pemuda ini akhirnya membawa si ibu
negro selamat hingga suatu tempat, untuk mendapatkan pertolongan, lalu
mencarikan si ibu ini taksi. Walaupun terlihat sangat tergesa-gesa, si ibu
tadi bertanya tentang alamat si
pemuda itu, menulisnya, lalu mengucapkan terima kasih pada si pemuda.
7 hari berlalu, dan tiba-tiba pintu rumah pemuda bule ini diketuk
Seseorang. Kejutan baginya, karena yang datang ternyata kiriman sebuah
televisi set besar berwarna (1960-an) khusus dikirim kerumahnya. Terselip
surat kecil tertempel di televisi, yang isinya adalah :
"Terima kasih nak, karena membantuku di jalan Tol malam itu. Hujan tidak
hanya membasahi bajuku, tetapi juga jiwaku.Untung saja anda datang dan
menolong saya. Karena pertolongan anda, saya masih sempat untuk hadir
disisi suamiku yang sedang sekarat... hingga wafatnya. Tuhan memberkati
anda,karena membantu saya dantidak mementingkan dirimu pada saat itu"
Tertanda
Ny.Nat King Cole.
Catatan :
Nat King Cole, adalah penyanyi negro tenar thn. 60-an di USA
3. Pelajaran penting ke-3
Selalulah perhatikan dan ingat, pada semua yang anda layani. Di zaman
eskrim khusus (ice cream sundae) masih murah, seorang anak laki-laki umur
10-an tahun masuk ke Coffee Shop Hotel, dan duduk di meja. Seorang pelayan
wanita menghampiri, dan memberikan air putih dihadapannya.
Anak ini kemudian bertanya "Berapa ya,... harga satu ice cream sundae?"
katanya. "50 sen..." balas si pelayan. Si anak kemudian mengeluarkan isi
sakunya dan menghitung dan mempelajari koin-koin di kantongnya.... "Wah...
Kalau ice cream yang biasa saja berapa?" katanya lagi. Tetapi kali ini
orang-orang yang duduk di meja-meja lain sudah mulai banyak... dan pelayan
ini mulai tidak sabar. "35 sen" kata si pelayan sambil uring-uringan. Anak
ini mulai menghitungi dan mempelajari lagi koin-koin yang tadi
dikantongnya.
"Bu... saya pesen yang ice cream biasa saja ya..." ujarnya. Sang pelayan
kemudian membawa ice cream tersebut, meletakkan kertas
kuitansi di atas meja dan terus melengos berjalan. Si anak ini kemudian
makan ice-cream, bayar di kasir, dan pergi. Ketika si Pelayan wanita ini
kembali untuk membersihkan meja si anak kecil tadi, dia mulai menangis
terharu. Rapi tersusun disamping piring kecilnya yang kosong, ada 2 buah
koin 10-sen dan 5 buah koin 1-sen.
Anda bisa lihat... anak kecil ini tidak bisa pesan Ice-cream Sundae,
karena
tidak memiliki cukup untuk memberi sang pelayan uang tip yang "layak"
.
4. Pelajaran penting ke-4 - Penghalang di Jalan Kita
Zaman dahulu kala, tersebutlah seorang Raja, yang menempatkan sebuah batu
besar di tengah-tengah jalan. Raja tersebut kemudian bersembunyi, untuk
melihat apakah ada yang mau menyingkirkan batu itu dari jalan.
Beberapa pedagang terkaya yang menjadi rekanan raja tiba ditempat, untuk
berjalan melingkari batu besar tersebut. Banyak juga yang datang, kemudian
memaki-maki sang Raja, karena tidak membersihkan jalan dari
rintangan.Tetapi tidak ada satupun yang mau melancarkan jalan dengan
menyingkirkan batu itu.
Kemudian datanglah seorang petani, yang menggendong banyak sekali sayur
mayur. Ketika semakin dekat, petani ini kemudian meletakkan dahulu
bebannya dan mencoba memindahkan batu itu kepinggir jalan.
Setelah banyak mendorong dan mendorong, akhirnya ia berhasil menyingkirkan
batu besar itu.
Ketika si petani ingin mengangkat kembali
sayurnya,ternyata
ditempat batu tadi ada kantung yang berisi banyak uang emas dan surat
Raja.
Surat yang mengatakan bahwa emas ini hanya untuk orang yang mau
menyingkirkan batu tersebut dari jalan.
Petani ini kemudian belajar, satu
pelajaran yang kita tidak pernah bisa mengerti.
Bahwa pada dalam setiap rintangan,tersembunyi kesempatan yang bisa dipakai
untuk memperbaiki hidup kita.
5. Pelajaran penting ke-5 - Memberi, ketika dibutuhkan
Waktu itu, ketika saya masih seorang sukarelawan yang bekerja di sebuah
rumah sakit, saya berkenalan dengan seorang gadis kecil yang
bernama Liz, seorang penderita satu penyakit serius yang sangat jarang.
Kesempatan sembuh, hanya ada pada adiknya, seorang pria kecil yang berumur
5 tahun, yang secara mujizat sembuh dari penyakit yang sama. Anak ini
memiliki antibodi yang diperlukan untuk melawan penyakit itu.
Dokter kemudian mencoba menerangkan situasi lengkap medikal tersebut ke
anak kecil ini, dan bertanya apakah ia siap memberikan darahnya kepada
kakak perempuannya. Saya melihat si kecil itu ragu-ragu sebentar, sebelum
mengambil nafas panjang dan berkata "Baiklah... Saya akan melakukan hal
tersebut.... asalkan itu bisa menyelamatkan kakakku".
Mengikuti proses
tranfusi darah, si kecil ini berbaring di tempat tidur,disamping kakaknya.
Wajah sang kakak mulai memerah, tetapi Wajah si kecil mulai pucat dan
senyumnya menghilang. Si kecil melihat ke dokter itu, dan bertanya dalam
suara yang bergetar...katanya "Apakah saya akan langsung mati dokter... ?"
Rupanya si kecil sedikit salah pengertian. Ia merasa, bahwa ia harus
menyerahkan semua darahnya untuk menyelamatkan jiwa
kakaknya. Lihatlah...bukankah pengertian dan sikap adalah segalanya....
Langganan:
Postingan (Atom)