Kamis, 18 September 2008

Kiblat

Di tayangan sinetron favoritku "Para Pencari Tuhan jilid 2" beberapa hari lalu, diceritakan tentang kiblat sebuah musholla yang -ternyata selama ini- melenceng dari arah yang seharusnya. Jadi, kalau dirunut, ternyata selama ini kiblat musholla itu tidak mengarah ke Ka'bah, tapi ke -mungkin saja- stadion Manchester United di Inggris sana.
Jadi ingat beberapa hari sebelum Ramadhan tahun ini, kejadian yang sama juga terjadi pada mushollah di gedung tempatku bekerja. Cuma aku nggak tau, selama ini kiblatnya ke arah mana, White House ???
Mundur lagi ingatan kemasa yang lebih lama lagi. Dulu, aku sering bermimpi sholat, tetapi kemudian sadar kalau kiblatnya salah. Jujur, mimpi ini mengganggu sekali. Mungkin, karena saat itu aku masih lebih berpaham 'liberal', yang alih-alih berusaha menyelaraskan tindakan dengan Quran dan Hadits, malah mencoba mencari celah dan dukungan agar Quran dan Hadits bisa disesuaikan dengan kecenderunganku saat itu. Sungguh sangat nakal. Mohon ampun ya Allah, atas kenakalan akal-akalan ku.

Alhamdulillah, sudah cukup lama ini, mimpi salah kiblat itu tidak muncul lagi. Semoga kali ini, kiblatku benar. Insya Allah.

Rabu, 17 September 2008

Mohon Ampun

Ya Allah
Ampunilah kedangkalan ilmuku,
kelancangan pikiranku,
kelemahan imanku,
kufur nikmatku,
keserakahanku akan nikmatMu

Rabu, 03 September 2008

Islamku

Aku bersyukur, bahwa aku sangat egosentris. Sehingga ditiap kesempatan, ditiap persoalan, yang pertama kali kutanyakan adalah, bagaimana dengan aku?
*******
Kenyataan ada banyak Islam di Indonesia ini, membuat aku bertanya bagaimana dengan aku. Islam apakah aku ini?
Sejujurnya, aku tidak tahu, aku masuk dalam kotak yang mana. Aku tidak pernah pandai memberi nama dan label.
Dan inilah Islam yang kukenal dan kuanut seumur hidupku :
1. Bahwa Allah itu satu, yang menciptakan dan berkuasa atas seluruh umat manusia.Teringat dimasa kecil, seorang teman menegurku karena aku membaca "Allah" bukannya "Alloh". Katanya, Allah itu untuk orang Kristen. Dengan kedangkalan ilmuku -aku benar-2 masih kecil waktu itu, belum 9 tahun-, aku merasa aneh dengan teguran itu. Bagiku Tuhan itu satu, apapun sebutannya, itu mengarah pada yang satu. Jadi, Allah orang Kristen, Allah-ku, Allah orang-orang yang bahkan tidak mengakui keberadaan-Nya, itu satu. Dan aku juga tidak mengerti, mengapa 'seperti orang Kristen' menjadi masalah?

2. Bahwa Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ada buku cerita bergambar di masa kecilku, tentang hukuman orang-orang berdosa di neraka. Aku, entah mengapa, tidak terlalu suka membacanya. Kemudian, entah bagaimana mulainya, aku jadi 'mengabaikan surga dan neraka'. Kalau aku sholat dan berbuat sesuatu yang baik, bukan surga yang aku bayangkan. Demikian juga ketika aku menjaga diri dari berdusta, bukan karena takut lidahku dipotong kelak di neraka. Surga dan neraka, terasa begitu abstrak, jauh dan lama. Aku ingin surga sekarang, dan aku takut neraka (hukuman) yang sekarang. Aku sekedar ingin membuat Allah suka dengan apa yang aku lakukan, dan tersenyum.

3. Bahwa Allah itu Maha Mengetahui, yang lahir maupun yang batin.
Diawal, ketika aku masih sangat kecil, aku mengira bahwa kakakku yang sudah meninggal akan melihat semua perbuatanku dari atas sana. Kemudian, ketika aku dikenalkan pada Allah, peran pengawasan itu beralih kepada-Nya. Lagipula, ternyata orang yang sudah meninggal tidak bisa berbuat apa-apa

4. Bahwa Allah itu Maha Pengampun
Membuatku berusaha memaafkan sikap orang yang membuatku merasa sakit hati -seringkali dengan susah payah dan waktu yang lama.

Kasih sayang Allah kepada hambanya, melebihi kasih sayang ibu kepada anaknya. Itu Allah yang aku kenal.
Jadi aku membayangkan seorang ibu yang suatu ketika begitu marahnya melihat kenakalan anaknya hingga ia mengusirnya. Ketika si anak benar-benar pergi, dan kemudian kembali, ibunya akan tetap menerimanya, memeluknya, dan mengasihinya melebihi sebelumnya.

Akhlaq Islam yang diajarkan padaku dan melekat terus :
- Jangan beri julukan pada orang, misalnya si gendut, si pincang, si tompel.
***Lantas kenapa sekarang orang-orang pintar itu saling melabeli?

Selasa, 02 September 2008

Pe-eR Ramadhan (2)

Serasa seribu pikiran serentak berloncatan, menghasilkan guratan carut-marut di benak. Ruwet. Mana yang harus aku jinakkan dan aku luruskan lebih dulu?
*******
Bahkan sekarang, mana yang ingin kutumpahkan disinipun aku gagap.
*******
Baiklah ini dulu,
bahwa aku, selama ini, selalu memilih sikap lunak dan permisive dalam beragama, disamping jelas karena rapuhnya iman dan keislamanku, juga karena takutku bahwa kekerasan hati (dan kepalaku) akan membutakan aku dari kebenaran. Dan terutama, karena aku merasa takut akan dipalingkan, jika aku bersikap terlalu keras.
Bukankah, Allah berkuasa membolak-balikkan hati manusia.
Maksudku begini, melalui contoh cerita.
Seorang teman wanita baru saja memutuskan memakai jilbab. Dan sejak itu, si teman ini mulai menyuruh rekan wanita lain memakai jilbab juga. Apakah ada yang salah? Rasanya nggak ada ya, kecuali mungkin caranya. Tapi entahlah.
Dan hanya setahun kemudian, si teman yang baru berjilbab tadi, ternyata 'gantung jilbab'.
Aku, seperti biasa, selalu berusaha bersikap datar, tidak bereaksi apa-apa, tidak saat dia memakai, dan tidak pula saat ia melepas.
Meskipun belum sesempurna melihat fakta tanpa persepsi.
******
sekilas teringat pertanyaan : hidayah itu suatu yang diberikan oleh Allah atau suatu yang harus diusahakan?
********
bersambung lagi ah... mikirnya lama
*******
Terima kasih, untuk komentar di PR Ramadhan yang pertama, anjuran untuk bersabar.
Dan siang ini, aku membaca ini :
Jika ada segolongan di antara kamu beriman kepada (ajaran) yang aku diutus menyampaikannya, dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah sampai Allah Menetapkan keputusan diantara kita. Dia-lah Hakim yang terbaik (Q.7:87)

Senin, 01 September 2008

Pe-eR Ramadhan

Segala puji syukur ku panjatkan ke hadirat Allah, telah diijinkan-Nya aku sampai pada Ramadhan kali ini dalam keadaan masih iman, masih islam, masih sesehat Ramadhan tahun lalu, keluarga utuh, rejeki nambah, duh.. tak akan cukup waktu dan tempat untuk menuliskan semua nikmat yang telah aku rasakan hingga detik ini.
Sejauh yang kuingat, selalu ada PR khusus yang harus kukerjakan selama Ramadhan. Lebih ke PR buat pikiran dan hati, yang membuatku perlu berpikir dan berdialog dengan hati lebih intens. Bukan masalah besar, sih, tapi buat sesorang dengan tingkat keimanan dan keislaman yang masih 'kelas nol kecil' seperti ini, cukup memeras otak dan hati.
PR untuk Ramadhan kali ini, berawal ketika tanpa sengaja, aku menemukan situs yang cukup membuat 'shock'. Situs yang menentang dan sangat menghinakan nabi besar junjungan kaum muslim, dan menganggap bahwa Al-qur'an bukan datang dari Allah tapi dari iblis.
PR kali ini cukup berat.
Sebenarnya kalau dibuat gampang sih bisa aja, anggap aja itu omongan orang gila, nggak usah dibahas, habis perkara.
Masalahnya adalah di ego. Egoisme.
Membaca tulisan di site itu, aku yakin pastilah meradang.
Merasa marah, terhina.
Kenapa?
Karena ia melecehkan kebenaran yang kita percaya? .....(bersambung)