Hari Sabtu lalu, 15 November 2008, jadi juga aku nonton film yang sedang seru-serunya dibahas, Laskar Pelangi. Sesuai rencana, aku sengaja ingin mengajak bocah-bocah kecil yang sering main kerumah untuk sama-sama nonton film itu. Jadilah, 5 anak tetangga usia SD kelas 3 sampai kelas 6 ditambah gadis kecilku yang baru kelas 1 SD ramai-ramai nonton di Slipi Jaya. Tampaknya ini adalah pengalaman pertama mereka nonton film di bioskop.
Semoga, ada pelajaran berguna yang bisa tertanam di bawah sadar mereka.
Aku mencoba untuk tidak terlalu banyak berharap.
Selasa, 18 November 2008
Kamis, 18 September 2008
Kiblat
Di tayangan sinetron favoritku "Para Pencari Tuhan jilid 2" beberapa hari lalu, diceritakan tentang kiblat sebuah musholla yang -ternyata selama ini- melenceng dari arah yang seharusnya. Jadi, kalau dirunut, ternyata selama ini kiblat musholla itu tidak mengarah ke Ka'bah, tapi ke -mungkin saja- stadion Manchester United di Inggris sana.
Jadi ingat beberapa hari sebelum Ramadhan tahun ini, kejadian yang sama juga terjadi pada mushollah di gedung tempatku bekerja. Cuma aku nggak tau, selama ini kiblatnya ke arah mana, White House ???
Mundur lagi ingatan kemasa yang lebih lama lagi. Dulu, aku sering bermimpi sholat, tetapi kemudian sadar kalau kiblatnya salah. Jujur, mimpi ini mengganggu sekali. Mungkin, karena saat itu aku masih lebih berpaham 'liberal', yang alih-alih berusaha menyelaraskan tindakan dengan Quran dan Hadits, malah mencoba mencari celah dan dukungan agar Quran dan Hadits bisa disesuaikan dengan kecenderunganku saat itu. Sungguh sangat nakal. Mohon ampun ya Allah, atas kenakalan akal-akalan ku.
Alhamdulillah, sudah cukup lama ini, mimpi salah kiblat itu tidak muncul lagi. Semoga kali ini, kiblatku benar. Insya Allah.
Jadi ingat beberapa hari sebelum Ramadhan tahun ini, kejadian yang sama juga terjadi pada mushollah di gedung tempatku bekerja. Cuma aku nggak tau, selama ini kiblatnya ke arah mana, White House ???
Mundur lagi ingatan kemasa yang lebih lama lagi. Dulu, aku sering bermimpi sholat, tetapi kemudian sadar kalau kiblatnya salah. Jujur, mimpi ini mengganggu sekali. Mungkin, karena saat itu aku masih lebih berpaham 'liberal', yang alih-alih berusaha menyelaraskan tindakan dengan Quran dan Hadits, malah mencoba mencari celah dan dukungan agar Quran dan Hadits bisa disesuaikan dengan kecenderunganku saat itu. Sungguh sangat nakal. Mohon ampun ya Allah, atas kenakalan akal-akalan ku.
Alhamdulillah, sudah cukup lama ini, mimpi salah kiblat itu tidak muncul lagi. Semoga kali ini, kiblatku benar. Insya Allah.
Rabu, 17 September 2008
Mohon Ampun
Ya Allah
Ampunilah kedangkalan ilmuku,
kelancangan pikiranku,
kelemahan imanku,
kufur nikmatku,
keserakahanku akan nikmatMu
Ampunilah kedangkalan ilmuku,
kelancangan pikiranku,
kelemahan imanku,
kufur nikmatku,
keserakahanku akan nikmatMu
Rabu, 03 September 2008
Islamku
Aku bersyukur, bahwa aku sangat egosentris. Sehingga ditiap kesempatan, ditiap persoalan, yang pertama kali kutanyakan adalah, bagaimana dengan aku?
*******
Kenyataan ada banyak Islam di Indonesia ini, membuat aku bertanya bagaimana dengan aku. Islam apakah aku ini?
Sejujurnya, aku tidak tahu, aku masuk dalam kotak yang mana. Aku tidak pernah pandai memberi nama dan label.
Dan inilah Islam yang kukenal dan kuanut seumur hidupku :
1. Bahwa Allah itu satu, yang menciptakan dan berkuasa atas seluruh umat manusia.Teringat dimasa kecil, seorang teman menegurku karena aku membaca "Allah" bukannya "Alloh". Katanya, Allah itu untuk orang Kristen. Dengan kedangkalan ilmuku -aku benar-2 masih kecil waktu itu, belum 9 tahun-, aku merasa aneh dengan teguran itu. Bagiku Tuhan itu satu, apapun sebutannya, itu mengarah pada yang satu. Jadi, Allah orang Kristen, Allah-ku, Allah orang-orang yang bahkan tidak mengakui keberadaan-Nya, itu satu. Dan aku juga tidak mengerti, mengapa 'seperti orang Kristen' menjadi masalah?
2. Bahwa Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ada buku cerita bergambar di masa kecilku, tentang hukuman orang-orang berdosa di neraka. Aku, entah mengapa, tidak terlalu suka membacanya. Kemudian, entah bagaimana mulainya, aku jadi 'mengabaikan surga dan neraka'. Kalau aku sholat dan berbuat sesuatu yang baik, bukan surga yang aku bayangkan. Demikian juga ketika aku menjaga diri dari berdusta, bukan karena takut lidahku dipotong kelak di neraka. Surga dan neraka, terasa begitu abstrak, jauh dan lama. Aku ingin surga sekarang, dan aku takut neraka (hukuman) yang sekarang. Aku sekedar ingin membuat Allah suka dengan apa yang aku lakukan, dan tersenyum.
3. Bahwa Allah itu Maha Mengetahui, yang lahir maupun yang batin.
Diawal, ketika aku masih sangat kecil, aku mengira bahwa kakakku yang sudah meninggal akan melihat semua perbuatanku dari atas sana. Kemudian, ketika aku dikenalkan pada Allah, peran pengawasan itu beralih kepada-Nya. Lagipula, ternyata orang yang sudah meninggal tidak bisa berbuat apa-apa
4. Bahwa Allah itu Maha Pengampun
Membuatku berusaha memaafkan sikap orang yang membuatku merasa sakit hati -seringkali dengan susah payah dan waktu yang lama.
Kasih sayang Allah kepada hambanya, melebihi kasih sayang ibu kepada anaknya. Itu Allah yang aku kenal.
Jadi aku membayangkan seorang ibu yang suatu ketika begitu marahnya melihat kenakalan anaknya hingga ia mengusirnya. Ketika si anak benar-benar pergi, dan kemudian kembali, ibunya akan tetap menerimanya, memeluknya, dan mengasihinya melebihi sebelumnya.
Akhlaq Islam yang diajarkan padaku dan melekat terus :
- Jangan beri julukan pada orang, misalnya si gendut, si pincang, si tompel.
***Lantas kenapa sekarang orang-orang pintar itu saling melabeli?
*******
Kenyataan ada banyak Islam di Indonesia ini, membuat aku bertanya bagaimana dengan aku. Islam apakah aku ini?
Sejujurnya, aku tidak tahu, aku masuk dalam kotak yang mana. Aku tidak pernah pandai memberi nama dan label.
Dan inilah Islam yang kukenal dan kuanut seumur hidupku :
1. Bahwa Allah itu satu, yang menciptakan dan berkuasa atas seluruh umat manusia.Teringat dimasa kecil, seorang teman menegurku karena aku membaca "Allah" bukannya "Alloh". Katanya, Allah itu untuk orang Kristen. Dengan kedangkalan ilmuku -aku benar-2 masih kecil waktu itu, belum 9 tahun-, aku merasa aneh dengan teguran itu. Bagiku Tuhan itu satu, apapun sebutannya, itu mengarah pada yang satu. Jadi, Allah orang Kristen, Allah-ku, Allah orang-orang yang bahkan tidak mengakui keberadaan-Nya, itu satu. Dan aku juga tidak mengerti, mengapa 'seperti orang Kristen' menjadi masalah?
2. Bahwa Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ada buku cerita bergambar di masa kecilku, tentang hukuman orang-orang berdosa di neraka. Aku, entah mengapa, tidak terlalu suka membacanya. Kemudian, entah bagaimana mulainya, aku jadi 'mengabaikan surga dan neraka'. Kalau aku sholat dan berbuat sesuatu yang baik, bukan surga yang aku bayangkan. Demikian juga ketika aku menjaga diri dari berdusta, bukan karena takut lidahku dipotong kelak di neraka. Surga dan neraka, terasa begitu abstrak, jauh dan lama. Aku ingin surga sekarang, dan aku takut neraka (hukuman) yang sekarang. Aku sekedar ingin membuat Allah suka dengan apa yang aku lakukan, dan tersenyum.
3. Bahwa Allah itu Maha Mengetahui, yang lahir maupun yang batin.
Diawal, ketika aku masih sangat kecil, aku mengira bahwa kakakku yang sudah meninggal akan melihat semua perbuatanku dari atas sana. Kemudian, ketika aku dikenalkan pada Allah, peran pengawasan itu beralih kepada-Nya. Lagipula, ternyata orang yang sudah meninggal tidak bisa berbuat apa-apa
4. Bahwa Allah itu Maha Pengampun
Membuatku berusaha memaafkan sikap orang yang membuatku merasa sakit hati -seringkali dengan susah payah dan waktu yang lama.
Kasih sayang Allah kepada hambanya, melebihi kasih sayang ibu kepada anaknya. Itu Allah yang aku kenal.
Jadi aku membayangkan seorang ibu yang suatu ketika begitu marahnya melihat kenakalan anaknya hingga ia mengusirnya. Ketika si anak benar-benar pergi, dan kemudian kembali, ibunya akan tetap menerimanya, memeluknya, dan mengasihinya melebihi sebelumnya.
Akhlaq Islam yang diajarkan padaku dan melekat terus :
- Jangan beri julukan pada orang, misalnya si gendut, si pincang, si tompel.
***Lantas kenapa sekarang orang-orang pintar itu saling melabeli?
Selasa, 02 September 2008
Pe-eR Ramadhan (2)
Serasa seribu pikiran serentak berloncatan, menghasilkan guratan carut-marut di benak. Ruwet. Mana yang harus aku jinakkan dan aku luruskan lebih dulu?
*******
Bahkan sekarang, mana yang ingin kutumpahkan disinipun aku gagap.
*******
Baiklah ini dulu,
bahwa aku, selama ini, selalu memilih sikap lunak dan permisive dalam beragama, disamping jelas karena rapuhnya iman dan keislamanku, juga karena takutku bahwa kekerasan hati (dan kepalaku) akan membutakan aku dari kebenaran. Dan terutama, karena aku merasa takut akan dipalingkan, jika aku bersikap terlalu keras.
Bukankah, Allah berkuasa membolak-balikkan hati manusia.
Maksudku begini, melalui contoh cerita.
Seorang teman wanita baru saja memutuskan memakai jilbab. Dan sejak itu, si teman ini mulai menyuruh rekan wanita lain memakai jilbab juga. Apakah ada yang salah? Rasanya nggak ada ya, kecuali mungkin caranya. Tapi entahlah.
Dan hanya setahun kemudian, si teman yang baru berjilbab tadi, ternyata 'gantung jilbab'.
Aku, seperti biasa, selalu berusaha bersikap datar, tidak bereaksi apa-apa, tidak saat dia memakai, dan tidak pula saat ia melepas.
Meskipun belum sesempurna melihat fakta tanpa persepsi.
******
sekilas teringat pertanyaan : hidayah itu suatu yang diberikan oleh Allah atau suatu yang harus diusahakan?
********
bersambung lagi ah... mikirnya lama
*******
Terima kasih, untuk komentar di PR Ramadhan yang pertama, anjuran untuk bersabar.
Dan siang ini, aku membaca ini :
*******
Bahkan sekarang, mana yang ingin kutumpahkan disinipun aku gagap.
*******
Baiklah ini dulu,
bahwa aku, selama ini, selalu memilih sikap lunak dan permisive dalam beragama, disamping jelas karena rapuhnya iman dan keislamanku, juga karena takutku bahwa kekerasan hati (dan kepalaku) akan membutakan aku dari kebenaran. Dan terutama, karena aku merasa takut akan dipalingkan, jika aku bersikap terlalu keras.
Bukankah, Allah berkuasa membolak-balikkan hati manusia.
Maksudku begini, melalui contoh cerita.
Seorang teman wanita baru saja memutuskan memakai jilbab. Dan sejak itu, si teman ini mulai menyuruh rekan wanita lain memakai jilbab juga. Apakah ada yang salah? Rasanya nggak ada ya, kecuali mungkin caranya. Tapi entahlah.
Dan hanya setahun kemudian, si teman yang baru berjilbab tadi, ternyata 'gantung jilbab'.
Aku, seperti biasa, selalu berusaha bersikap datar, tidak bereaksi apa-apa, tidak saat dia memakai, dan tidak pula saat ia melepas.
Meskipun belum sesempurna melihat fakta tanpa persepsi.
******
sekilas teringat pertanyaan : hidayah itu suatu yang diberikan oleh Allah atau suatu yang harus diusahakan?
********
bersambung lagi ah... mikirnya lama
*******
Terima kasih, untuk komentar di PR Ramadhan yang pertama, anjuran untuk bersabar.
Dan siang ini, aku membaca ini :
Jika ada segolongan di antara kamu beriman kepada (ajaran) yang aku diutus menyampaikannya, dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah sampai Allah Menetapkan keputusan diantara kita. Dia-lah Hakim yang terbaik (Q.7:87)
Senin, 01 September 2008
Pe-eR Ramadhan
Segala puji syukur ku panjatkan ke hadirat Allah, telah diijinkan-Nya aku sampai pada Ramadhan kali ini dalam keadaan masih iman, masih islam, masih sesehat Ramadhan tahun lalu, keluarga utuh, rejeki nambah, duh.. tak akan cukup waktu dan tempat untuk menuliskan semua nikmat yang telah aku rasakan hingga detik ini.
Sejauh yang kuingat, selalu ada PR khusus yang harus kukerjakan selama Ramadhan. Lebih ke PR buat pikiran dan hati, yang membuatku perlu berpikir dan berdialog dengan hati lebih intens. Bukan masalah besar, sih, tapi buat sesorang dengan tingkat keimanan dan keislaman yang masih 'kelas nol kecil' seperti ini, cukup memeras otak dan hati.
PR untuk Ramadhan kali ini, berawal ketika tanpa sengaja, aku menemukan situs yang cukup membuat 'shock'. Situs yang menentang dan sangat menghinakan nabi besar junjungan kaum muslim, dan menganggap bahwa Al-qur'an bukan datang dari Allah tapi dari iblis.
PR kali ini cukup berat.
Sebenarnya kalau dibuat gampang sih bisa aja, anggap aja itu omongan orang gila, nggak usah dibahas, habis perkara.
Masalahnya adalah di ego. Egoisme.
Membaca tulisan di site itu, aku yakin pastilah meradang.
Merasa marah, terhina.
Kenapa?
Karena ia melecehkan kebenaran yang kita percaya? .....(bersambung)
Sejauh yang kuingat, selalu ada PR khusus yang harus kukerjakan selama Ramadhan. Lebih ke PR buat pikiran dan hati, yang membuatku perlu berpikir dan berdialog dengan hati lebih intens. Bukan masalah besar, sih, tapi buat sesorang dengan tingkat keimanan dan keislaman yang masih 'kelas nol kecil' seperti ini, cukup memeras otak dan hati.
PR untuk Ramadhan kali ini, berawal ketika tanpa sengaja, aku menemukan situs yang cukup membuat 'shock'. Situs yang menentang dan sangat menghinakan nabi besar junjungan kaum muslim, dan menganggap bahwa Al-qur'an bukan datang dari Allah tapi dari iblis.
PR kali ini cukup berat.
Sebenarnya kalau dibuat gampang sih bisa aja, anggap aja itu omongan orang gila, nggak usah dibahas, habis perkara.
Masalahnya adalah di ego. Egoisme.
Membaca tulisan di site itu, aku yakin pastilah meradang.
Merasa marah, terhina.
Kenapa?
Karena ia melecehkan kebenaran yang kita percaya? .....(bersambung)
Rabu, 20 Agustus 2008
Best reason to divorce
Dari banyak dalih yang pernah diungkapkan orang sebagai latar belakang jalan perceraian yang akhirnya dipilih (ingat email Dewi Lestari), baru saja aku menemukan satu 'penjelasan' yang menurutku paling arif, paling dapat aku terima.
Begini katanya :
"Pernikahan itu bagi saya adalah ladang ibadah. Kalau itu tidak bisa tercapai, ya harus dilepas dengan cara yang makruh,"
Iya,ya, daripada dipaksain malah jadi ladang dosa.
Yang mengatakan kalimat diatas adalah artis, almarhumah Erna Libby, yang baru saja berpulang ke rahmatullah kemarin, 19 Agustus 2008.
Menyimpang dari topik, aku selalu merasakan kekaguman tersendiri, pada orang-orang dengan masa lalu yang sangat tidak islami, tapi kemudian meninggal dalam keadaan yang -menurut pendapat manusia- khusnul khotimah.
Begini katanya :
"Pernikahan itu bagi saya adalah ladang ibadah. Kalau itu tidak bisa tercapai, ya harus dilepas dengan cara yang makruh,"
Iya,ya, daripada dipaksain malah jadi ladang dosa.
Yang mengatakan kalimat diatas adalah artis, almarhumah Erna Libby, yang baru saja berpulang ke rahmatullah kemarin, 19 Agustus 2008.
Menyimpang dari topik, aku selalu merasakan kekaguman tersendiri, pada orang-orang dengan masa lalu yang sangat tidak islami, tapi kemudian meninggal dalam keadaan yang -menurut pendapat manusia- khusnul khotimah.
Selasa, 19 Agustus 2008
Hasil Blog-wandering 1 - Blog dokter muda
Setelah hobi jalan-jalan, tamasya, kemping di dunia nyata sudah tak menemukan kesempatannya lagi, maka jadilah jalan-jalan di dunia maya. Asik juga ternyata. Serasa masuk ke bilik-bilik rahasia umum dari seseorang.
Sayangnya, kemaren-kemaren belum kepikiran menuliskan tentang apa yang telah sempat aku intip selama itu. Akibatnya, beberapa blog yang menarik, tak bisa kukunjungi ulang, karena lupa alamatnya.
Maka, catatan perjalanan di dunia maya ini kumulai dari blognya seorang dokter muda, dr.Arifianto. Tulisannya yang mengupas tentang dunia kedokteran dari dalam, dengan berusaha jujur, sangat menarik. Tentang 'dokter nakal', tentang kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan dunia kesehatan, lugas. Juga ulasannya tentang beberapa penyakit dan pengobatannya, sangat 'patient-minded'. Dalam waktu kurang dari 1 minggu, semua tulisan di blognya sudah kulalap habis.. (jadi ketauan de,... browsing teruuusss).
Tulisannya termasuk tidak banyak sih, kadang 1 bulan cuma ada 1 tulisan, tapi berbobot. Sayang,terakhir nulis bulan Mei 2008 lalu, sampai sekarang tidak ada postingan terbaru.
Dokter Apin, kutunggu tulisanmu yang lain.
Sayangnya, kemaren-kemaren belum kepikiran menuliskan tentang apa yang telah sempat aku intip selama itu. Akibatnya, beberapa blog yang menarik, tak bisa kukunjungi ulang, karena lupa alamatnya.
Maka, catatan perjalanan di dunia maya ini kumulai dari blognya seorang dokter muda, dr.Arifianto. Tulisannya yang mengupas tentang dunia kedokteran dari dalam, dengan berusaha jujur, sangat menarik. Tentang 'dokter nakal', tentang kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan dunia kesehatan, lugas. Juga ulasannya tentang beberapa penyakit dan pengobatannya, sangat 'patient-minded'. Dalam waktu kurang dari 1 minggu, semua tulisan di blognya sudah kulalap habis.. (jadi ketauan de,... browsing teruuusss).
Tulisannya termasuk tidak banyak sih, kadang 1 bulan cuma ada 1 tulisan, tapi berbobot. Sayang,terakhir nulis bulan Mei 2008 lalu, sampai sekarang tidak ada postingan terbaru.
Dokter Apin, kutunggu tulisanmu yang lain.
Rabu, 13 Agustus 2008
Bambang
Entah kenapa, tiba-tiba jadi mikir nama Bambang. Nama ini sangat Indonesia, atau mungkin sangat 'nJawani'. Pernah ketemu orang bukan Jawa yang bernama Bambang? Sebenarnya ada sih, beliau termasuk jajaran Direksi ditempat saya bekerja. Dan beliau ini masih berdarah keturunan Cina yang lahir dan besar di Bandung. Entah kenapa juga orang tuanya memilih nama Bambang untuk beliau.
Beda dengan nama 'pasaran' khas Jawa yang lain, seperti 'Joko' yang artinya jejaka, lelaki lajang, atau 'Slamet' yang artinya selamat, nama 'Bambang' tidak langsung bisa ditebak akar kata dan artinya. Mungkin, si Bambang sendiri belum tentu tahu arti namanya. Coba deh, nanti tanya ke ahli bahasa Jawa, jadi penasaran apa artinya.
Di film 'Mendadak Romantis', Tora memerankan orang Jogja udik yang 'njawani' banget, bernama mBambang. Pilihan yang berbeda, setelah kebanyakan nama Jawa yang diusung ke layar lebar atau kaca biasanya seputar Paijo, Karjo, Tarjo, dan lain-lain yang berakhiran 'o'.
Jadi mencoba mengingat, berapa 'Bambang' yang pernah kukenal.
Pastinya, di tempat kerjaku ada 2 Bambang. Satu, yang kusebut pertama tadi, Direktur, dan satu lagi sopirnya Big Boss.
Nama sama, nasib beda.
Beda dengan nama 'pasaran' khas Jawa yang lain, seperti 'Joko' yang artinya jejaka, lelaki lajang, atau 'Slamet' yang artinya selamat, nama 'Bambang' tidak langsung bisa ditebak akar kata dan artinya. Mungkin, si Bambang sendiri belum tentu tahu arti namanya. Coba deh, nanti tanya ke ahli bahasa Jawa, jadi penasaran apa artinya.
Di film 'Mendadak Romantis', Tora memerankan orang Jogja udik yang 'njawani' banget, bernama mBambang. Pilihan yang berbeda, setelah kebanyakan nama Jawa yang diusung ke layar lebar atau kaca biasanya seputar Paijo, Karjo, Tarjo, dan lain-lain yang berakhiran 'o'.
Jadi mencoba mengingat, berapa 'Bambang' yang pernah kukenal.
Pastinya, di tempat kerjaku ada 2 Bambang. Satu, yang kusebut pertama tadi, Direktur, dan satu lagi sopirnya Big Boss.
Nama sama, nasib beda.
Jumat, 08 Agustus 2008
Rambut yang paling indah
Suatu hari, sambil menjalin rambutnya yang sudah mulai panjang, gadis kecilku bertanya,
"Bu, bagus mana, rambut keriting atau rambut lurus?"
Kubantu menjalin rambutnya,dan kujawab
"Rambut yang paling bagus, adalah apa yang sudah Tuhan pilihkan untukmu"
Aku hanya berharap, anakku tumbuh dengan rasa cinta pada apa yang ada di dirinya, pada apa yang telah Tuhan pilihkan untuknya.
"Bu, bagus mana, rambut keriting atau rambut lurus?"
Kubantu menjalin rambutnya,dan kujawab
"Rambut yang paling bagus, adalah apa yang sudah Tuhan pilihkan untukmu"
Aku hanya berharap, anakku tumbuh dengan rasa cinta pada apa yang ada di dirinya, pada apa yang telah Tuhan pilihkan untuknya.
Rabu, 06 Agustus 2008
Peras keringat sampai tua
Beberapa hari lalu, aku berpapasan dengan seorang bapak tua penjual jajanan anak-anak. Sudah tua, hampir renta, dan masih memeras keringat untuk berusaha mengais rejeki halal.
Apa yang bisa aku lakukan untuk Bapak itu?
Mungkin ia memang ingin tetap berguna meski telah renta. Tapi, aku yakin, itu bukan satu-satunya alasan ia tetap bekerja. Ia pasti juga bekerja untuk bertahan hidup. Aku kagum, dan sekaligus prihatin, mengingat betapa banyak pemuda sehat yang lebih memilih penjadi pengemis, meski itupun lebih baik daripada mencopet.
Aku juga merasa iba.
Apa ya, yang bisa kulakukan untuk Bapak itu, tanpa melukai harga dirinya?
Apa ya Man?
Apa yang bisa aku lakukan untuk Bapak itu?
Mungkin ia memang ingin tetap berguna meski telah renta. Tapi, aku yakin, itu bukan satu-satunya alasan ia tetap bekerja. Ia pasti juga bekerja untuk bertahan hidup. Aku kagum, dan sekaligus prihatin, mengingat betapa banyak pemuda sehat yang lebih memilih penjadi pengemis, meski itupun lebih baik daripada mencopet.
Aku juga merasa iba.
Apa ya, yang bisa kulakukan untuk Bapak itu, tanpa melukai harga dirinya?
Apa ya Man?
Selasa, 05 Agustus 2008
5 Pelajaran Penting
Lagi-lagi sebuah email dari seorang teman;
1. Pelajaran Penting ke-1
Pada bulan ke-2 diawal kuliah saya, seorang Profesor memberikan quiz
mendadak pada kami. Karena kebetulan cukup menyimak semua
kuliah-kuliahnya, saya cukup cepat menyelesaikan soal-soal quiz, sampai
pada soal yang terakhir.
Isi Soal terakhir ini adalah : Siapa nama depan wanita yang menjadi
petugas
pembersih sekolah ?.
Saya yakin soal ini cuma "bercanda". Saya sering
melihat perempuan ini. Tinggi,berambut gelap dan berusia sekitar 50-an,
tapi bagaimana saya tahu nama depannya... ? Saya kumpulkan saja kertas
ujian saya, tentu saja dengan jawaban soal terakhir kosong.
Sebelum kelas usai, seorang rekan bertanya pada Profesor itu, mengenai
soal
terakhir akan "dihitung" atau tidak.
"Tentu Saja Dihitung !!" kata si Profesor. "Pada perjalanan karirmu, kamu
akan ketemu banyak orang. Semuanya penting!.
Semua harus kamu perhatikan dan pelihara, walaupun itu cuma dengan
sepotong
senyuman,atau sekilas "hallo"! Saya selalu ingat pelajaran itu.
Saya kemudian tahu, bahwa nama depan ibu pembersih sekolah adalah
"Dorothy".
2. Pelajaran Penting ke-2 Penumpang yang Kehujanan
Malam itu, pukul setengah dua belas malam. Seorang wanita negro rapi yang
sudah berumur, sedang berdiri di tepi jalan tol Alabama. Ia nampak
mencoba
bertahan dalam hujan yang sangat deras, yang hampir seperti badai.
Mobilnya
kelihatannya lagi rusak, dan perempuan ini sangat ingin numpang mobil.
Dalam keadaan basah kuyup, ia mencoba menghentikan setiap mobil yang
lewat.
Mobil berikutnya dikendarai oleh seorang pemuda bule, dia berhenti untuk
menolong ibu ini. Kelihatannya si bule ini tidak paham akan konflik etnis
tahun 1960-an, yaitu pada saat itu. Pemuda ini akhirnya membawa si ibu
negro selamat hingga suatu tempat, untuk mendapatkan pertolongan, lalu
mencarikan si ibu ini taksi. Walaupun terlihat sangat tergesa-gesa, si ibu
tadi bertanya tentang alamat si
pemuda itu, menulisnya, lalu mengucapkan terima kasih pada si pemuda.
7 hari berlalu, dan tiba-tiba pintu rumah pemuda bule ini diketuk
Seseorang. Kejutan baginya, karena yang datang ternyata kiriman sebuah
televisi set besar berwarna (1960-an) khusus dikirim kerumahnya. Terselip
surat kecil tertempel di televisi, yang isinya adalah :
"Terima kasih nak, karena membantuku di jalan Tol malam itu. Hujan tidak
hanya membasahi bajuku, tetapi juga jiwaku.Untung saja anda datang dan
menolong saya. Karena pertolongan anda, saya masih sempat untuk hadir
disisi suamiku yang sedang sekarat... hingga wafatnya. Tuhan memberkati
anda,karena membantu saya dantidak mementingkan dirimu pada saat itu"
Tertanda
Ny.Nat King Cole.
Catatan :
Nat King Cole, adalah penyanyi negro tenar thn. 60-an di USA
3. Pelajaran penting ke-3
Selalulah perhatikan dan ingat, pada semua yang anda layani. Di zaman
eskrim khusus (ice cream sundae) masih murah, seorang anak laki-laki umur
10-an tahun masuk ke Coffee Shop Hotel, dan duduk di meja. Seorang pelayan
wanita menghampiri, dan memberikan air putih dihadapannya.
Anak ini kemudian bertanya "Berapa ya,... harga satu ice cream sundae?"
katanya. "50 sen..." balas si pelayan. Si anak kemudian mengeluarkan isi
sakunya dan menghitung dan mempelajari koin-koin di kantongnya.... "Wah...
Kalau ice cream yang biasa saja berapa?" katanya lagi. Tetapi kali ini
orang-orang yang duduk di meja-meja lain sudah mulai banyak... dan pelayan
ini mulai tidak sabar. "35 sen" kata si pelayan sambil uring-uringan. Anak
ini mulai menghitungi dan mempelajari lagi koin-koin yang tadi
dikantongnya.
"Bu... saya pesen yang ice cream biasa saja ya..." ujarnya. Sang pelayan
kemudian membawa ice cream tersebut, meletakkan kertas
kuitansi di atas meja dan terus melengos berjalan. Si anak ini kemudian
makan ice-cream, bayar di kasir, dan pergi. Ketika si Pelayan wanita ini
kembali untuk membersihkan meja si anak kecil tadi, dia mulai menangis
terharu. Rapi tersusun disamping piring kecilnya yang kosong, ada 2 buah
koin 10-sen dan 5 buah koin 1-sen.
Anda bisa lihat... anak kecil ini tidak bisa pesan Ice-cream Sundae,
karena
tidak memiliki cukup untuk memberi sang pelayan uang tip yang "layak"
.
4. Pelajaran penting ke-4 - Penghalang di Jalan Kita
Zaman dahulu kala, tersebutlah seorang Raja, yang menempatkan sebuah batu
besar di tengah-tengah jalan. Raja tersebut kemudian bersembunyi, untuk
melihat apakah ada yang mau menyingkirkan batu itu dari jalan.
Beberapa pedagang terkaya yang menjadi rekanan raja tiba ditempat, untuk
berjalan melingkari batu besar tersebut. Banyak juga yang datang, kemudian
memaki-maki sang Raja, karena tidak membersihkan jalan dari
rintangan.Tetapi tidak ada satupun yang mau melancarkan jalan dengan
menyingkirkan batu itu.
Kemudian datanglah seorang petani, yang menggendong banyak sekali sayur
mayur. Ketika semakin dekat, petani ini kemudian meletakkan dahulu
bebannya dan mencoba memindahkan batu itu kepinggir jalan.
Setelah banyak mendorong dan mendorong, akhirnya ia berhasil menyingkirkan
batu besar itu.
Ketika si petani ingin mengangkat kembali
sayurnya,ternyata
ditempat batu tadi ada kantung yang berisi banyak uang emas dan surat
Raja.
Surat yang mengatakan bahwa emas ini hanya untuk orang yang mau
menyingkirkan batu tersebut dari jalan.
Petani ini kemudian belajar, satu
pelajaran yang kita tidak pernah bisa mengerti.
Bahwa pada dalam setiap rintangan,tersembunyi kesempatan yang bisa dipakai
untuk memperbaiki hidup kita.
5. Pelajaran penting ke-5 - Memberi, ketika dibutuhkan
Waktu itu, ketika saya masih seorang sukarelawan yang bekerja di sebuah
rumah sakit, saya berkenalan dengan seorang gadis kecil yang
bernama Liz, seorang penderita satu penyakit serius yang sangat jarang.
Kesempatan sembuh, hanya ada pada adiknya, seorang pria kecil yang berumur
5 tahun, yang secara mujizat sembuh dari penyakit yang sama. Anak ini
memiliki antibodi yang diperlukan untuk melawan penyakit itu.
Dokter kemudian mencoba menerangkan situasi lengkap medikal tersebut ke
anak kecil ini, dan bertanya apakah ia siap memberikan darahnya kepada
kakak perempuannya. Saya melihat si kecil itu ragu-ragu sebentar, sebelum
mengambil nafas panjang dan berkata "Baiklah... Saya akan melakukan hal
tersebut.... asalkan itu bisa menyelamatkan kakakku".
Mengikuti proses
tranfusi darah, si kecil ini berbaring di tempat tidur,disamping kakaknya.
Wajah sang kakak mulai memerah, tetapi Wajah si kecil mulai pucat dan
senyumnya menghilang. Si kecil melihat ke dokter itu, dan bertanya dalam
suara yang bergetar...katanya "Apakah saya akan langsung mati dokter... ?"
Rupanya si kecil sedikit salah pengertian. Ia merasa, bahwa ia harus
menyerahkan semua darahnya untuk menyelamatkan jiwa
kakaknya. Lihatlah...bukankah pengertian dan sikap adalah segalanya....
1. Pelajaran Penting ke-1
Pada bulan ke-2 diawal kuliah saya, seorang Profesor memberikan quiz
mendadak pada kami. Karena kebetulan cukup menyimak semua
kuliah-kuliahnya, saya cukup cepat menyelesaikan soal-soal quiz, sampai
pada soal yang terakhir.
Isi Soal terakhir ini adalah : Siapa nama depan wanita yang menjadi
petugas
pembersih sekolah ?.
Saya yakin soal ini cuma "bercanda". Saya sering
melihat perempuan ini. Tinggi,berambut gelap dan berusia sekitar 50-an,
tapi bagaimana saya tahu nama depannya... ? Saya kumpulkan saja kertas
ujian saya, tentu saja dengan jawaban soal terakhir kosong.
Sebelum kelas usai, seorang rekan bertanya pada Profesor itu, mengenai
soal
terakhir akan "dihitung" atau tidak.
"Tentu Saja Dihitung !!" kata si Profesor. "Pada perjalanan karirmu, kamu
akan ketemu banyak orang. Semuanya penting!.
Semua harus kamu perhatikan dan pelihara, walaupun itu cuma dengan
sepotong
senyuman,atau sekilas "hallo"! Saya selalu ingat pelajaran itu.
Saya kemudian tahu, bahwa nama depan ibu pembersih sekolah adalah
"Dorothy".
2. Pelajaran Penting ke-2 Penumpang yang Kehujanan
Malam itu, pukul setengah dua belas malam. Seorang wanita negro rapi yang
sudah berumur, sedang berdiri di tepi jalan tol Alabama. Ia nampak
mencoba
bertahan dalam hujan yang sangat deras, yang hampir seperti badai.
Mobilnya
kelihatannya lagi rusak, dan perempuan ini sangat ingin numpang mobil.
Dalam keadaan basah kuyup, ia mencoba menghentikan setiap mobil yang
lewat.
Mobil berikutnya dikendarai oleh seorang pemuda bule, dia berhenti untuk
menolong ibu ini. Kelihatannya si bule ini tidak paham akan konflik etnis
tahun 1960-an, yaitu pada saat itu. Pemuda ini akhirnya membawa si ibu
negro selamat hingga suatu tempat, untuk mendapatkan pertolongan, lalu
mencarikan si ibu ini taksi. Walaupun terlihat sangat tergesa-gesa, si ibu
tadi bertanya tentang alamat si
pemuda itu, menulisnya, lalu mengucapkan terima kasih pada si pemuda.
7 hari berlalu, dan tiba-tiba pintu rumah pemuda bule ini diketuk
Seseorang. Kejutan baginya, karena yang datang ternyata kiriman sebuah
televisi set besar berwarna (1960-an) khusus dikirim kerumahnya. Terselip
surat kecil tertempel di televisi, yang isinya adalah :
"Terima kasih nak, karena membantuku di jalan Tol malam itu. Hujan tidak
hanya membasahi bajuku, tetapi juga jiwaku.Untung saja anda datang dan
menolong saya. Karena pertolongan anda, saya masih sempat untuk hadir
disisi suamiku yang sedang sekarat... hingga wafatnya. Tuhan memberkati
anda,karena membantu saya dantidak mementingkan dirimu pada saat itu"
Tertanda
Ny.Nat King Cole.
Catatan :
Nat King Cole, adalah penyanyi negro tenar thn. 60-an di USA
3. Pelajaran penting ke-3
Selalulah perhatikan dan ingat, pada semua yang anda layani. Di zaman
eskrim khusus (ice cream sundae) masih murah, seorang anak laki-laki umur
10-an tahun masuk ke Coffee Shop Hotel, dan duduk di meja. Seorang pelayan
wanita menghampiri, dan memberikan air putih dihadapannya.
Anak ini kemudian bertanya "Berapa ya,... harga satu ice cream sundae?"
katanya. "50 sen..." balas si pelayan. Si anak kemudian mengeluarkan isi
sakunya dan menghitung dan mempelajari koin-koin di kantongnya.... "Wah...
Kalau ice cream yang biasa saja berapa?" katanya lagi. Tetapi kali ini
orang-orang yang duduk di meja-meja lain sudah mulai banyak... dan pelayan
ini mulai tidak sabar. "35 sen" kata si pelayan sambil uring-uringan. Anak
ini mulai menghitungi dan mempelajari lagi koin-koin yang tadi
dikantongnya.
"Bu... saya pesen yang ice cream biasa saja ya..." ujarnya. Sang pelayan
kemudian membawa ice cream tersebut, meletakkan kertas
kuitansi di atas meja dan terus melengos berjalan. Si anak ini kemudian
makan ice-cream, bayar di kasir, dan pergi. Ketika si Pelayan wanita ini
kembali untuk membersihkan meja si anak kecil tadi, dia mulai menangis
terharu. Rapi tersusun disamping piring kecilnya yang kosong, ada 2 buah
koin 10-sen dan 5 buah koin 1-sen.
Anda bisa lihat... anak kecil ini tidak bisa pesan Ice-cream Sundae,
karena
tidak memiliki cukup untuk memberi sang pelayan uang tip yang "layak"
.
4. Pelajaran penting ke-4 - Penghalang di Jalan Kita
Zaman dahulu kala, tersebutlah seorang Raja, yang menempatkan sebuah batu
besar di tengah-tengah jalan. Raja tersebut kemudian bersembunyi, untuk
melihat apakah ada yang mau menyingkirkan batu itu dari jalan.
Beberapa pedagang terkaya yang menjadi rekanan raja tiba ditempat, untuk
berjalan melingkari batu besar tersebut. Banyak juga yang datang, kemudian
memaki-maki sang Raja, karena tidak membersihkan jalan dari
rintangan.Tetapi tidak ada satupun yang mau melancarkan jalan dengan
menyingkirkan batu itu.
Kemudian datanglah seorang petani, yang menggendong banyak sekali sayur
mayur. Ketika semakin dekat, petani ini kemudian meletakkan dahulu
bebannya dan mencoba memindahkan batu itu kepinggir jalan.
Setelah banyak mendorong dan mendorong, akhirnya ia berhasil menyingkirkan
batu besar itu.
Ketika si petani ingin mengangkat kembali
sayurnya,ternyata
ditempat batu tadi ada kantung yang berisi banyak uang emas dan surat
Raja.
Surat yang mengatakan bahwa emas ini hanya untuk orang yang mau
menyingkirkan batu tersebut dari jalan.
Petani ini kemudian belajar, satu
pelajaran yang kita tidak pernah bisa mengerti.
Bahwa pada dalam setiap rintangan,tersembunyi kesempatan yang bisa dipakai
untuk memperbaiki hidup kita.
5. Pelajaran penting ke-5 - Memberi, ketika dibutuhkan
Waktu itu, ketika saya masih seorang sukarelawan yang bekerja di sebuah
rumah sakit, saya berkenalan dengan seorang gadis kecil yang
bernama Liz, seorang penderita satu penyakit serius yang sangat jarang.
Kesempatan sembuh, hanya ada pada adiknya, seorang pria kecil yang berumur
5 tahun, yang secara mujizat sembuh dari penyakit yang sama. Anak ini
memiliki antibodi yang diperlukan untuk melawan penyakit itu.
Dokter kemudian mencoba menerangkan situasi lengkap medikal tersebut ke
anak kecil ini, dan bertanya apakah ia siap memberikan darahnya kepada
kakak perempuannya. Saya melihat si kecil itu ragu-ragu sebentar, sebelum
mengambil nafas panjang dan berkata "Baiklah... Saya akan melakukan hal
tersebut.... asalkan itu bisa menyelamatkan kakakku".
Mengikuti proses
tranfusi darah, si kecil ini berbaring di tempat tidur,disamping kakaknya.
Wajah sang kakak mulai memerah, tetapi Wajah si kecil mulai pucat dan
senyumnya menghilang. Si kecil melihat ke dokter itu, dan bertanya dalam
suara yang bergetar...katanya "Apakah saya akan langsung mati dokter... ?"
Rupanya si kecil sedikit salah pengertian. Ia merasa, bahwa ia harus
menyerahkan semua darahnya untuk menyelamatkan jiwa
kakaknya. Lihatlah...bukankah pengertian dan sikap adalah segalanya....
Kamis, 31 Juli 2008
Tentang orang beragama dan orang baik
Bu DP pernah kirimi aku email ini, sayang kalo dibuang, bagus untuk sesekali dibaca ulang :
Seorang lelaki berniat untuk menghabiskan seluruh waktunya untuk beribadah.
Seorang nenek yang merasa iba melihat kehidupannyamembantunya dengan
membuatkan sebuah pondok kecil dan memberinya makan,sehingga lelaki itu
dapat beribadah dengan tenang.
Setelah berjalan selama 20 tahun, si nenek ingin melihat kemajuan yang
telah dicapai lelaki itu. Ia memutuskan untuk mengujinya dengan seorang
wanita cantik. ''Masuklah ke dalam pondok,'' katanya kepada wanita itu,
''Peluklah ia dan katakan 'Apa yang akan kita lakukan sekarang'?''
Maka wanita itu pun masuk ke dalam pondok dan melakukan apa yang disarankan
oleh si nenek. Lelaki itu menjadi sangat marah karena tindakan yang tak
sopan itu. Ia mengambil sapu dan mengusir wanita itu keluar dari pondoknya.
Ketika wanita itu kembali dan melaporkan apa yang terjadi, si nenek menjadi
marah. ''Percuma saya memberi makan orang itu selama 20 tahun,'' serunya.
''Ia tidak menunjukkan bahwa ia memahami kebutuhanmu,
tidak bersedia untuk membantumu ke luar dari kesalahanmu. Ia tidak perlu
menyerah pada nafsu, namun sekurang-kurangnya setelah sekian lama beribadah
seharusnya ia memiliki rasa kasih pada sesama.''
Apa yang menarik dari cerita diatas? Ternyata ada kesenjangan yang cukup
besar antara taat beribadah dengan memiliki budi pekerti yang luhur. Taat
beragama ternyata sama sekali tak menjamin perilaku seseorang.
Ada banyak contoh yang dapat kita kemukakan disini. Anda pasti sudah
sering mendengar cerita mengenai guru mengaji yang suka memperkosa muridnya.
Seorang kawan yang rajin shalat lima waktu baru-baru ini di PHK dari
kantornya karena memalsukan dokumen. Seorang kawan yang berjilbab rapih
ternyata suka berselingkuh. Kawan yang lain sangat
rajin ikut pengajian tapi tak henti-hentinya menyakiti orang lain.
Adapula kawan yang berkali-kali menunaikan haji dan umrah tetapi terus
melakukan korupsi di kantornya.
Lantas dimana letak kesalahannya? Saya kira persoalan utamanya adalah pada
kesalahan cara berpikir. Banyak orang yang memahami agama dalam pengertian
ritual dan fiqih belaka. Dalam konsep mereka, beragama berarti melakukan
shalat, puasa, zakat, haji dan melagukan (bukannya membaca) Alquran.
Padahal esensi beragama bukan disitu. Esensi beragama justru pada budi
pekerti yang mulia.
Kedua, agama sering dipahami sebagai serangkaian peraturan dan larangan.
Dengan demikian makna agama telah tereduksi sedemikian rupa menjadi
kewajiban dan bukan kebutuhan. Agama diajarkan dengan pendekatan hukum
(outside-in), bukannya dengan pendekatan kebutuhan dan Komitmen
(inside-out). Ini menjauhkan agama dari makna sebenarnya yaitu sebagai
sebuah sebuah cara hidup (way of life), apalagi cara berpikir (way of
thinking).
Agama seharusnya dipahami sebagai sebuah kebutuhan tertinggi manusia.
Kita tidak beribadah karena surga dan neraka tetapi karena kita lapar
secara rohani. Kita beribadah karena kita menginginkan kesejukan dan
kenikmatan batin yang tiada taranya. Kita beribadah karena rindu untuk
menyelami jiwa sejati kita dan merasakan kehadiran Tuhan dalam keseharian
kita. Kita berbuat baik bukan karena takut tapi karena kita tak ingin
melukai diri kita sendiri dengan perbuatan yang jahat.
Ada sebuah pengalaman menarik ketika saya bersekolah di London dulu.
Kali ini berkaitan dengan polisi. Berbeda dengan di Indonesia, bertemu
dengan polisi disana akan membuat perasaan kita aman dan tenteram.
Bahkan masyarakat Inggris memanggil polisi dengan panggilan kesayangan:
Bobby.
Suatu ketika dompet saya yang berisi surat-surat penting dan sejumlah uang
hilang. Kemungkinan tertinggal di dalam taksi. Ini tentu membuat saya agak
panik, apalagi hal itu terjadi pada hari-hari pertama saya tinggal di
London. Tapi setelah memblokir kartu kredit dan sebagainya, sayapun
perlahan-lahan melupakan kejadian tersebut. Yang menarik, beberapa hari
kemudian, keluarga saya di Jakarta menerima surat dari kepolisian London
yang menyatakan bahwa saya dapat mengambil dompet tersebut di kantor
kepolisian setempat.
Ketika datang kesana, saya dilayani dengan ramah. Polisi memberikan dompet
yang ternyata isinya masih lengkap. Ia juga memberikan kuitansi resmi
berisi biaya yang harus saya bayar sekitar 2,5 pound. Saking gembiranya,
saya memberikan selembar uang 5 pound sambil mengatakan,
''Ambil saja kembalinya.'' Anehnya, si polisi hanya tersenyum dan memberikan
uang kembalinya kepada saya seraya mengatakan bahwa itu bukan haknya.
Sebelum saya pergi, ia bahkan meminta saya untuk mengecek dompet itu
baik-baik seraya mengatakan bahwa kalau ada barang yang hilang ia bersedia
membantu saya untuk menemukannya.
Hakekat keberagamaan sebetulnya adalah berbudi luhur. Karena itu orang yang
''beragama'' seharusnya juga menjadi orang yang baik. Itu semua ditunjukkan
dengan integritas dan kejujuran yang tinggi serta kemauan untuk menolong
dan melayani sesama manusia.
Seorang lelaki berniat untuk menghabiskan seluruh waktunya untuk beribadah.
Seorang nenek yang merasa iba melihat kehidupannyamembantunya dengan
membuatkan sebuah pondok kecil dan memberinya makan,sehingga lelaki itu
dapat beribadah dengan tenang.
Setelah berjalan selama 20 tahun, si nenek ingin melihat kemajuan yang
telah dicapai lelaki itu. Ia memutuskan untuk mengujinya dengan seorang
wanita cantik. ''Masuklah ke dalam pondok,'' katanya kepada wanita itu,
''Peluklah ia dan katakan 'Apa yang akan kita lakukan sekarang'?''
Maka wanita itu pun masuk ke dalam pondok dan melakukan apa yang disarankan
oleh si nenek. Lelaki itu menjadi sangat marah karena tindakan yang tak
sopan itu. Ia mengambil sapu dan mengusir wanita itu keluar dari pondoknya.
Ketika wanita itu kembali dan melaporkan apa yang terjadi, si nenek menjadi
marah. ''Percuma saya memberi makan orang itu selama 20 tahun,'' serunya.
''Ia tidak menunjukkan bahwa ia memahami kebutuhanmu,
tidak bersedia untuk membantumu ke luar dari kesalahanmu. Ia tidak perlu
menyerah pada nafsu, namun sekurang-kurangnya setelah sekian lama beribadah
seharusnya ia memiliki rasa kasih pada sesama.''
Apa yang menarik dari cerita diatas? Ternyata ada kesenjangan yang cukup
besar antara taat beribadah dengan memiliki budi pekerti yang luhur. Taat
beragama ternyata sama sekali tak menjamin perilaku seseorang.
Ada banyak contoh yang dapat kita kemukakan disini. Anda pasti sudah
sering mendengar cerita mengenai guru mengaji yang suka memperkosa muridnya.
Seorang kawan yang rajin shalat lima waktu baru-baru ini di PHK dari
kantornya karena memalsukan dokumen. Seorang kawan yang berjilbab rapih
ternyata suka berselingkuh. Kawan yang lain sangat
rajin ikut pengajian tapi tak henti-hentinya menyakiti orang lain.
Adapula kawan yang berkali-kali menunaikan haji dan umrah tetapi terus
melakukan korupsi di kantornya.
Lantas dimana letak kesalahannya? Saya kira persoalan utamanya adalah pada
kesalahan cara berpikir. Banyak orang yang memahami agama dalam pengertian
ritual dan fiqih belaka. Dalam konsep mereka, beragama berarti melakukan
shalat, puasa, zakat, haji dan melagukan (bukannya membaca) Alquran.
Padahal esensi beragama bukan disitu. Esensi beragama justru pada budi
pekerti yang mulia.
Kedua, agama sering dipahami sebagai serangkaian peraturan dan larangan.
Dengan demikian makna agama telah tereduksi sedemikian rupa menjadi
kewajiban dan bukan kebutuhan. Agama diajarkan dengan pendekatan hukum
(outside-in), bukannya dengan pendekatan kebutuhan dan Komitmen
(inside-out). Ini menjauhkan agama dari makna sebenarnya yaitu sebagai
sebuah sebuah cara hidup (way of life), apalagi cara berpikir (way of
thinking).
Agama seharusnya dipahami sebagai sebuah kebutuhan tertinggi manusia.
Kita tidak beribadah karena surga dan neraka tetapi karena kita lapar
secara rohani. Kita beribadah karena kita menginginkan kesejukan dan
kenikmatan batin yang tiada taranya. Kita beribadah karena rindu untuk
menyelami jiwa sejati kita dan merasakan kehadiran Tuhan dalam keseharian
kita. Kita berbuat baik bukan karena takut tapi karena kita tak ingin
melukai diri kita sendiri dengan perbuatan yang jahat.
Ada sebuah pengalaman menarik ketika saya bersekolah di London dulu.
Kali ini berkaitan dengan polisi. Berbeda dengan di Indonesia, bertemu
dengan polisi disana akan membuat perasaan kita aman dan tenteram.
Bahkan masyarakat Inggris memanggil polisi dengan panggilan kesayangan:
Bobby.
Suatu ketika dompet saya yang berisi surat-surat penting dan sejumlah uang
hilang. Kemungkinan tertinggal di dalam taksi. Ini tentu membuat saya agak
panik, apalagi hal itu terjadi pada hari-hari pertama saya tinggal di
London. Tapi setelah memblokir kartu kredit dan sebagainya, sayapun
perlahan-lahan melupakan kejadian tersebut. Yang menarik, beberapa hari
kemudian, keluarga saya di Jakarta menerima surat dari kepolisian London
yang menyatakan bahwa saya dapat mengambil dompet tersebut di kantor
kepolisian setempat.
Ketika datang kesana, saya dilayani dengan ramah. Polisi memberikan dompet
yang ternyata isinya masih lengkap. Ia juga memberikan kuitansi resmi
berisi biaya yang harus saya bayar sekitar 2,5 pound. Saking gembiranya,
saya memberikan selembar uang 5 pound sambil mengatakan,
''Ambil saja kembalinya.'' Anehnya, si polisi hanya tersenyum dan memberikan
uang kembalinya kepada saya seraya mengatakan bahwa itu bukan haknya.
Sebelum saya pergi, ia bahkan meminta saya untuk mengecek dompet itu
baik-baik seraya mengatakan bahwa kalau ada barang yang hilang ia bersedia
membantu saya untuk menemukannya.
Hakekat keberagamaan sebetulnya adalah berbudi luhur. Karena itu orang yang
''beragama'' seharusnya juga menjadi orang yang baik. Itu semua ditunjukkan
dengan integritas dan kejujuran yang tinggi serta kemauan untuk menolong
dan melayani sesama manusia.
Selasa, 29 Juli 2008
Perspektif baru tentang perceraian
Baru baca email dari si Man. Isinya adalah tulisan Dewi Lestari (penyanyi dan penulis novel) tentang perceraiannya dengan Marcell (penyanyi juga)-tampaknya tulisan ini diambil dari blog Dewi Lestari. Tulisan dan perspektif yang menarik.
Namun ada yang mengganjal dihatiku. Aku bisa mengerti, bahwa lahir-mati, jumpa-pisah itu dikatakan 'kedua sisi itu melengkapi bagai dua muka dalam satu koin. Hadir sepaket tanpa bisa dipisah.'
Tapi apakah bisa dikatakan kawin-cerai itu juga dua muka dalam satu koin, yang artinya disetiap perkawinan akan berujung perceraian? Perceraian disini yang dimaksud adalah cerai dalam konteks perkawinan -bukan cerai berarti pisah milik paket jumpa-pisah, atau lahir-mati. Karena konteks itulah yang terjadi pada Dewi-Marcell.
Apakah perceraian itu adalah takdir, atau hanya sekedar salah satu jalan yang kita pilih, sebagaimana jalan-jalan lain yang telah pernah kita pilih.
Benar-benar satu penjelasan baru, dan unik untuk sebuah perceraian.
Lagipula aku sudah bosan dengan alasan 'ketidak-cocokan'. Jadi, whatever-lah.
Namun ada yang mengganjal dihatiku. Aku bisa mengerti, bahwa lahir-mati, jumpa-pisah itu dikatakan 'kedua sisi itu melengkapi bagai dua muka dalam satu koin. Hadir sepaket tanpa bisa dipisah.'
Tapi apakah bisa dikatakan kawin-cerai itu juga dua muka dalam satu koin, yang artinya disetiap perkawinan akan berujung perceraian? Perceraian disini yang dimaksud adalah cerai dalam konteks perkawinan -bukan cerai berarti pisah milik paket jumpa-pisah, atau lahir-mati. Karena konteks itulah yang terjadi pada Dewi-Marcell.
Apakah perceraian itu adalah takdir, atau hanya sekedar salah satu jalan yang kita pilih, sebagaimana jalan-jalan lain yang telah pernah kita pilih.
Hubungan yang kadaluarsa. Perkembangan yang akhirnya membawa kami ke titik perpisahan.
Benar-benar satu penjelasan baru, dan unik untuk sebuah perceraian.
Lagipula aku sudah bosan dengan alasan 'ketidak-cocokan'. Jadi, whatever-lah.
Korupsi... termasuk kebudayaan??
Morning-morning, bosku pak JC sudah 'nyamperin' meja bu DP -yang memang dikenal sebagai 'curhat counter', tempat semua orang numpahin uneg-uneg, mulai dari OB sampai BB (biggest boss)-. Beliau 'ngejembrengin' halaman pertama KOMPAS, yang memuat tentang terkuaknya korupsi 52 anggota DPR. (Cuma 52? komentarku).
Menurut bu DP, mungkin buat ke 52 orang itu -dan lainnya yang tidak dimuat di Kompas, mungkin termasuk ente- apa yang mereka lakukan tidak disadari sebagai korupsi, cuma sudah kebiasaan turun-temurun dari pejabat terdahulu. Jadi sudah menjadi semacam budaya gitu lah.
Kamu sendiri, kalau kebetulan baru saja diangkat menduduki jabatan baru, terus ada orang datang mengirim upeti, sambil bilang "Terima aja pak, biasa kok, bapak yang dulu juga biasa begini", apa kamu akan menolak? Kan gak minta, wong dikasih kok..
Memang harus ada batasan yang jelas, mana yang termasuk korupsi, mana yang bukan.
Dan hukumannya harus berat. Minimal seumur hidup.
Tapi siapa yang berani membuat peraturan? Bisa jadi yang sebenarnya berkuasa membuat peraturan ternyata punya pikiran begini, 'Kalau aku sendiri yang terkena hukum ini bagaimana?'.. Karena, siapa sih yang berani mengaku dirinya bersih samasekali dari aroma korupsi?
Menurut bu DP, mungkin buat ke 52 orang itu -dan lainnya yang tidak dimuat di Kompas, mungkin termasuk ente- apa yang mereka lakukan tidak disadari sebagai korupsi, cuma sudah kebiasaan turun-temurun dari pejabat terdahulu. Jadi sudah menjadi semacam budaya gitu lah.
Kamu sendiri, kalau kebetulan baru saja diangkat menduduki jabatan baru, terus ada orang datang mengirim upeti, sambil bilang "Terima aja pak, biasa kok, bapak yang dulu juga biasa begini", apa kamu akan menolak? Kan gak minta, wong dikasih kok..
Memang harus ada batasan yang jelas, mana yang termasuk korupsi, mana yang bukan.
Dan hukumannya harus berat. Minimal seumur hidup.
Tapi siapa yang berani membuat peraturan? Bisa jadi yang sebenarnya berkuasa membuat peraturan ternyata punya pikiran begini, 'Kalau aku sendiri yang terkena hukum ini bagaimana?'.. Karena, siapa sih yang berani mengaku dirinya bersih samasekali dari aroma korupsi?
Senin, 28 Juli 2008
Pelajaran dari Sponge Bob
Suatu hari, sponge bob akan mengikuti acara camping dengan kelompok pramuka. Saking lamanya bertangis-tangisan dengan patrick, karena sedih akan berpisah lama dengan sahabatnya itu, sponge bob ketinggalan kapal yang mengangkut rombongan pramuka. Sponge bob tidak menyadari itu, bahkan ketika ia keliru masuk ke kapal yang akan mengangkut narapidana ke penjara di pulau terpencil. Setiap perlakuan penjaga penjara dianggapnya hanya bagian dari permainan dalam acara pramuka. Semuanya dilakukan dengan penuh kesenangan dan keceriaan. Ketika kakinya dirantai dan dipaksa bekerja pun dianggap suatu yang mengasyikan.
Sampai disini, pelajaran apa yang bisa diambil dari cerita sponge bob ini?
Sampai disini, pelajaran apa yang bisa diambil dari cerita sponge bob ini?
Jumat, 25 Juli 2008
Namanya juga Waton Nulis....
You know what is 'waton nulis'... terjemahannya ya asal nulis aja. Semua uneg-uneg, kilatan pikiran, gerundelan sesaat, ide, ilham, apa aja. Sekali waktu, bisa saja tulisanku cukup ndeso, kadang sok bijak, lain waktu bergaya bak intelektual.
Intinya ya itu tadi, tulis aja, daripada dipendam jadi bisul.
Salut dengan pencipta blog, ajang kebebasan menulis, bebas berpendapat, tanpa perlu bertabrakan dengan kebebasan orang lain. Kalo ga suka dengan yang tertulis di blog, ya ga usah dibaca. Mau komen, silakan, ga perlu sampe adu jotos. Mau maki-maki di area komen, silakan, paling-paling nanti di-delete sama yang punya blog. Gampang kan. Gitu aja kok repot...
Kalau ada yang terprovokasi dengan tulisan di blog, yah itu juga kebebasan si pembaca blog sendiri untuk menentukan sikapnya. Sudah bisa baca blog, semoga sudah cukup dewasa.
Kupikir, itu resiko kalau kita bisa membaca pikiran orang lain. Ngeri-ngeri sedep. Makanya, kita latihan dulu dengan baca blog, yang kurang lebih adalah ungkapan isi kepala orang. Jadi, ntar suatu saat, jaman kita sudah bisa semakin memaksimalkan kemampuan otak, sehingga komunikasi pake gelombang pikiran sudah jamak, kita ga 'katro' lagi kalo tau apa yang dipikir orang. Ga perlu gelut hanya karena berbeda.
Kemaren baru baca tentang kekuatan pikiran / otak manusia. Kupikir, suatu ketika, kemampuan telepathy, telekinetik, bukanlah bakat orang-orang tertentu, melainkan sebuah ilmu yang bisa dipelajari. Saat manusia sudah berhasil menemukan cara bagaimana memakai sebanyak mungkin kemampuan otak manusia.
Allahu akbar...
Intinya ya itu tadi, tulis aja, daripada dipendam jadi bisul.
Salut dengan pencipta blog, ajang kebebasan menulis, bebas berpendapat, tanpa perlu bertabrakan dengan kebebasan orang lain. Kalo ga suka dengan yang tertulis di blog, ya ga usah dibaca. Mau komen, silakan, ga perlu sampe adu jotos. Mau maki-maki di area komen, silakan, paling-paling nanti di-delete sama yang punya blog. Gampang kan. Gitu aja kok repot...
Kalau ada yang terprovokasi dengan tulisan di blog, yah itu juga kebebasan si pembaca blog sendiri untuk menentukan sikapnya. Sudah bisa baca blog, semoga sudah cukup dewasa.
Kupikir, itu resiko kalau kita bisa membaca pikiran orang lain. Ngeri-ngeri sedep. Makanya, kita latihan dulu dengan baca blog, yang kurang lebih adalah ungkapan isi kepala orang. Jadi, ntar suatu saat, jaman kita sudah bisa semakin memaksimalkan kemampuan otak, sehingga komunikasi pake gelombang pikiran sudah jamak, kita ga 'katro' lagi kalo tau apa yang dipikir orang. Ga perlu gelut hanya karena berbeda.
Kemaren baru baca tentang kekuatan pikiran / otak manusia. Kupikir, suatu ketika, kemampuan telepathy, telekinetik, bukanlah bakat orang-orang tertentu, melainkan sebuah ilmu yang bisa dipelajari. Saat manusia sudah berhasil menemukan cara bagaimana memakai sebanyak mungkin kemampuan otak manusia.
Allahu akbar...
Langganan:
Postingan (Atom)